Yang dicemburui ternyata tidak seperti yang dibayangkan
Nah membahas tentang iri atau cemburu soal adikku tadi, kiri akan aku jelaskan disini jika suatu saat adikku membacanya. Ia iri karena aku sekolah di sekolah favorit, universitas favorit dan mertua yang baik.
Selama ini mungkin yang ada dipikirannya hanya itu, namun kamu tahu dik?
Ketika aku lulus kuliah dan mengajar di SMP swasta dengan penghasilan yg minim, jauh sekali dari penghasilan karyawan pabrik, hinaan demi hinaan muncul.
Sekolah dan kuliah mahal semahal mahalnya mendapat 500 ribu. Apalagi sebelumnya aku mengajar di SD hanya 300 ribu. Sangat jauh sekali dengan pengeluaran yang kita keluarkan setiap bulannya. Boro boro bisa ngasih untuk mamah, untuk jajan dan bensinpun tarik menarik. Sejak itu hinaan selalu terdengar.
Ternyata sekolah tinggi hanya dapat uang 500 ribu ya, padahal wanita itu unung-ujungnya ke dapur pula. Aku harus kuat dengan hinaan itu. Aku selalu berdoa Ya Allah, aku pernah mendengar jika seseorang yg berilmu, maka akan engkau tinggikan derajatnya. Tapi kenapa bukan derajat yang ku dapat, tapi celaan?
Ini yg kamu cemburui, dik?
Aku selalu berdoa supaya adikku jangan menjadi guru, karena aku tidak mau ia mendengar hinaan yang sama. Tidak enak jadi guru honor itu, selalu dipandang sebelah mata, selalu di ejek dan tidak dipercaya soal finansial. Contohnya tetangga sekaligus saudara kita jualan barang, ia tidak menawarkan kepadaku dengan alasan “jangan nawarin ke si itu, kasian gajinya kecil boboro buat beli dagangan kita”. Perkataan itu always ya aku denger kalau ada yg mau jual barang ke kita. Sampai akhirnya aku mengajar di sekolah menengah negri dan dengan upah lumayan. Karna dikalkulasi dengan yg di swasta. Makanya lumayan, lumayan ya bukan luar biasa.
Waktu berjalan dan sampai saat itu adikku lulus SMA. Ia coba coba melamar ke PT GSI yang terkenal dengan gajinya dan hak hak wanitanya yg istimewa. Ia diterima, ia akhirnya kuliah sambil bekerja. Aku begitu senang, karna jujur saja apa yg aku inginkan ternyata terwujud olehnya. Kenapa aku ingin masuk SMKN 2? Karena aku ingin langsung kerja. Berbeda dengan takdir Allah, ternyata adikku yg merasakannya. Gajiny yg besar dan bisa ngasih ke orang tua dengan jumlh yg tidk sedikit, membuatku iri. Aku iri karena tidak bisa seperti di yang bisa ngasih uang banyak tiap bulannya. Karena tidak menampik setiap orang butuh uang dan suka uang termasuk ibuku. Alhamdulillaah ibuku dicukupi kebutuhannya oleh adikku. Aku bersyukur karena doaku dikabul untuk membuat dia tidak menjadi seorng honorer yg selalu dipandang sebelah mata. Aku malu jika main ke rumah ibuku (kala itu aku sudah menikah dan tinggal dengan mertua), aku malu karena tidak bisa seperti adikku yg ngasih uang rutin tiap bulannya untuk ibuku. Dan aku sangat benci pulang ke rumah ibuku karena yg mereka tanyakan adalah masih ngajar di SMPN x?
Karena ujung ujungnya akan bahas gaji dan harga diri dilihat dari penghasilan. Hingga akhirnya aku jarang sekali pulang dan terbiasa di rumah mertua sampai nyaman.
Aku selalu berdoa semoga aku segera diangkat guru PNS agar aku bisa memberi ibuku uang dengan jumalh yang bnyak. Semoga Allah SWT kabulkan. Aamiin yaa robbal ‘alamiin
Ternyata apa yang aku dan adikku cemburui adalah pandangan selewat. Manusia hanya bisa saling menuduh kehidupannya. Karena selalu ada pepatah berbicara rumput tetangga akan terlihat lebih hijau dari rumput kita.
Selama ini mungkin yang ada dipikirannya hanya itu, namun kamu tahu dik?
Ketika aku lulus kuliah dan mengajar di SMP swasta dengan penghasilan yg minim, jauh sekali dari penghasilan karyawan pabrik, hinaan demi hinaan muncul.
Sekolah dan kuliah mahal semahal mahalnya mendapat 500 ribu. Apalagi sebelumnya aku mengajar di SD hanya 300 ribu. Sangat jauh sekali dengan pengeluaran yang kita keluarkan setiap bulannya. Boro boro bisa ngasih untuk mamah, untuk jajan dan bensinpun tarik menarik. Sejak itu hinaan selalu terdengar.
Ternyata sekolah tinggi hanya dapat uang 500 ribu ya, padahal wanita itu unung-ujungnya ke dapur pula. Aku harus kuat dengan hinaan itu. Aku selalu berdoa Ya Allah, aku pernah mendengar jika seseorang yg berilmu, maka akan engkau tinggikan derajatnya. Tapi kenapa bukan derajat yang ku dapat, tapi celaan?
Ini yg kamu cemburui, dik?
Aku selalu berdoa supaya adikku jangan menjadi guru, karena aku tidak mau ia mendengar hinaan yang sama. Tidak enak jadi guru honor itu, selalu dipandang sebelah mata, selalu di ejek dan tidak dipercaya soal finansial. Contohnya tetangga sekaligus saudara kita jualan barang, ia tidak menawarkan kepadaku dengan alasan “jangan nawarin ke si itu, kasian gajinya kecil boboro buat beli dagangan kita”. Perkataan itu always ya aku denger kalau ada yg mau jual barang ke kita. Sampai akhirnya aku mengajar di sekolah menengah negri dan dengan upah lumayan. Karna dikalkulasi dengan yg di swasta. Makanya lumayan, lumayan ya bukan luar biasa.
Waktu berjalan dan sampai saat itu adikku lulus SMA. Ia coba coba melamar ke PT GSI yang terkenal dengan gajinya dan hak hak wanitanya yg istimewa. Ia diterima, ia akhirnya kuliah sambil bekerja. Aku begitu senang, karna jujur saja apa yg aku inginkan ternyata terwujud olehnya. Kenapa aku ingin masuk SMKN 2? Karena aku ingin langsung kerja. Berbeda dengan takdir Allah, ternyata adikku yg merasakannya. Gajiny yg besar dan bisa ngasih ke orang tua dengan jumlh yg tidk sedikit, membuatku iri. Aku iri karena tidak bisa seperti di yang bisa ngasih uang banyak tiap bulannya. Karena tidak menampik setiap orang butuh uang dan suka uang termasuk ibuku. Alhamdulillaah ibuku dicukupi kebutuhannya oleh adikku. Aku bersyukur karena doaku dikabul untuk membuat dia tidak menjadi seorng honorer yg selalu dipandang sebelah mata. Aku malu jika main ke rumah ibuku (kala itu aku sudah menikah dan tinggal dengan mertua), aku malu karena tidak bisa seperti adikku yg ngasih uang rutin tiap bulannya untuk ibuku. Dan aku sangat benci pulang ke rumah ibuku karena yg mereka tanyakan adalah masih ngajar di SMPN x?
Karena ujung ujungnya akan bahas gaji dan harga diri dilihat dari penghasilan. Hingga akhirnya aku jarang sekali pulang dan terbiasa di rumah mertua sampai nyaman.
Aku selalu berdoa semoga aku segera diangkat guru PNS agar aku bisa memberi ibuku uang dengan jumalh yang bnyak. Semoga Allah SWT kabulkan. Aamiin yaa robbal ‘alamiin
Ternyata apa yang aku dan adikku cemburui adalah pandangan selewat. Manusia hanya bisa saling menuduh kehidupannya. Karena selalu ada pepatah berbicara rumput tetangga akan terlihat lebih hijau dari rumput kita.
Komentar
Posting Komentar